c'mon comrade

Friday, May 20, 2011

Istana Maimoon: Pengetahuan bertambah dengan berwisata sejarah

Kalo kamu berkeliling Medan, jangan lupakan tempat wisata yang satu ini ya. Meski gak ada acara nyemplung ke air dan gak bisa memandangi hamparan hutan hijau, tapi tempat ini merupakan bukti sejarah kota medan plus juga dapat menambah pengetahuan.

Yups, Istana Maimoon. Istana Maimoon merupakan salah satu bangunan terindah di Medan. Tempat ini adalah sisa peninggalan budaya Melayu Deli dan letaknya persis berada di tengah kota Medan. Warna kuning mendominasi bangunan, melambangkan kejayaan. Tapi jangan hubungkan dengan warna sebuah partai politik ya. Kuning adalah warna khas Melayu yang juga bisa diartikan lembut namun tegar dan cerah. Di dalam Istana Maimoon ini terdapat foto-foto keluarga, perabotan, dan senjata-senjata kuno. Inilah Istana Maimun yang merupakan peninggalan Kesultanan Deli.

Istana Maimun terletak di Jalan Brigjen Katamso, Medan. Lokasinya mudah dijangkau, baik dari Bandara Polonia (sekitar 10 km) maupun Pelabuhan Belawan (sekitar 28 km). Bangunan bersejarah ini terbuka umum setiap hari dari pukul 08.00 sampai 17.00. Istana ini didirikan oleh Sultan Kerajaan Deli, Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Pendesainnya adalah seorang arsitek Italia, dan rampung pada tahun 1888. Di atas tanah seluas 2.772 m2 bangunan istana berdiri menghadap timur, dan menjadi pusat kerajaan Deli. Istana ini terdiri dari dua lantai dan terbagi dalam tiga bagian, yakni bangunan induk, sayap kiri, dan sayap kanan. Di depannya, sekitar 100 meter, berdiri Masjid Al-Maksum yang lebih dikenal dengan nama Masjid Raya Medan.

Memasuki ruangan tamu (balairung), kamu akan menjumpai singgasana yang didominasi warna kuning. Lampu-lampu kristal menerangi singgasana, sebuah bentuk adanya pengaruh kebudayaan Eropa. Pengaruh itu juga tampak pada perabotan istana seperti kursi, meja toilet dan lemari hingga pintu dorong menuju balairung. Ruangan seluas 412 m2 ini digunakan untuk acara penobatan Sultan Deli atau acara adat lainnya. Balairung juga dipakai sebagai tempat sultan menerima sembah sujud dari sanak familinya pada hari-hari besar Islam.

Lebih jauh lagi, kamu bisa menelusuri kamar-kamar di dalamnya. Jumlah kamarnya ada 40. Banyak banget kan? Bayangkan klo kamu punya rumah seluas ini. Ada 20 kamar di lantai atas salah satunya menjadi tempat singgasana Sultan dan 20 kamar di bagian bawah, tidak termasuk 4 kamar mandi, gudang, dapur, dan penjara di lantai bawah. Tapi, bangunan bersejarah ini kurang terawat. Banyak pemugaran disana-sini hingga menghilangkan keasliannya. “ini kan bangunan lama. Kalau gak dipugar, bisa lebih parah kerusakannya” papar Tengku Aga, selaku koordinator pelestarian dan perawatan Istana Maimoon.

Menarik jika mengamati disain arsitektur istana ini. Perpaduan antara tradisi Islam dan kebudayaan Eropa jelas kelihatan. Selain yang ada di balairung, dasar bangunan juga menunjukkan pengaruh Eropa. Karena menurut penjaga Istana Maimoon, sebagian material bangunan istana memang didatangkan dari Eropa, seperti ubin, marmer, dan teraso. Pola arsitektur Belanda dengan pintu serta jendela yang lebar dan tinggi, serta pintu-pintu bergaya Spanyol menjadi bagian dari Istana Maimun. Pengaruh Belanda juga terlihat pada prasasti marmer di depan tangga pualam yang ditulis dengan huruf Latin berbahasa Belanda. Sedangkan pengaruh Islam terlihat pada bentuk lengkungan atau arcade pada sejumlah bagian atap istana. Lengkungan yang berbentuk perahu terbalik itu dikenal dengan Lengkungan Persia. Mungkin kamu pernah melihat bangunan di kawasan Timur Tengah, Turki, dan India. Bentuk lengkungannya persis sama dengan yang ada di Istana Maimoon.

So, ready to go, guys..!

0 komentar:

Post a Comment

 
Free Host | lasik eye surgery | accountant website design