Sendiri di kantor. Ini sudah menjadi kebiasaanku kalau kerjaan menunjukkan sinyal deadline. Padahal sebelum tenggat waktu, aku selalu mengulu-ulur waktu. Menyelesaikan pekerjaan yang tak begitu penting, bercerita sama adikku Iin, dan banyak hal lain yang kukerjakan yang tak ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaan.
Sebenarnya bukan hal sulit me-manage waktu. Tapi entah mengapa aku senang bermain-main di garis kematian itu. Berlomba dengan jadwal yang sudah di tetapkan, kemudian berlari sombong mengalahkannya. Namun beres jugapada akhirnya. Setelah itu, aku tersenyum-senyum sendirian dan berjanji tak kan lagi mengulangi kesalahanku menunda-nunda pekerjaan dan mengulur-ulur waktu.
Seperti nyanyian Dian Piesesha, “tapi janji tinggal janji”, janji yang telah kubuat ternyata dengan sangat sadar tak kutepati. Kata Iin, inilah yang disebut dengan kaum tergopoh-gopoh.
Memalukan ya. Bagaimana bisa kaya kalau tak bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
Sudahlah. Aku harus berubah. Capek kalau terus begini. Aku jadi panik, gemetaran, bingung, idiot, dan sinting. Jangan ikuti caraku ya.
luv
Na
0 komentar:
Post a Comment