HUT REPUBLIK INDONESIA KE- 66
Tema:
‘Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Tingkatkan Kesadaran Hidup dalam ke-Bhinneka-an untuk Kokohkan Persatuan NKRI, Kita Sukseskan Kepemimpinan Indonesia dalam Forum ASEAN untuk Kokohkan Solidaritas ASEAN’
Apa yang menarik dari peringatan kemerdekaan?
“ada panjat pinang, lomba makan kerupuk, balap karung, lomba kelereng, lomba ikat tali sepatu, dan lomba nyanyi” jawab Azza, adikku yang bersekolah di Madrasah Diniyah.
“ada marching band!” jawab si cantik Arra, adikku yang paling cerewet dan sok dewasa. “kan keren kak, mereka menari, main musik, dan berbaris rapi” lanjutnya antusias.
Sedangkan aku? Saatnya menonton Rhoma dan Soneta. Apalagi ditambah aksi Ridho, anak Rhoma Irama yang memiliki suara syahdu dan merdu.
Selain itu? Tak ada. Sudah berulang kali kupikirkan, namun peringatan kemerdekaan hanyalah berupa seremonial belaka. Ada rombongan paskibraka, ditandai dengan cewek cantik penggerek bendera. Atau juga pasukan ‘pembela’ tanah air dan bangsa dari kalangan kepolisian dan angkatan bersejata. Ada pidato kenegaraan dari presiden, ajang nostalgia para presiden terdahulu, nyekar ke kuburan pahlawan, hadirnya duta besar dan sahabat dari luar negara, munculnya batik dan kebaya model baru, serta komentar para artis tentang hari merdeka. Oh iya, tak lupa ditandai dengan bendera merah putih berjejer di sepanjang jalan, berbaris rapi di kantor-kantor pemerintahan, berdiri tegak di rumah-rumah penduduk, beribar-kibar di kaca mobil dan setiap kendaraan.
Tak hanya itu, tapi di jaman internet seperti sekarang ini, bendera merah putih banyak ditemukan di situs jejaring sosial, terpampang di facebook, nongol di twitter, dan terdampar di picasa, yahoo, dan berbagai situs lainnya. Kemudian, bertaburan pula kata-kata indah penuh semangat juang, mendesah-desah, merintih, dan memelas untuk menggambarkan perasaan dan diri yang kesal, marah karena merasa tak merdeka.
Berbeda lagi ceritanya kalau hari kemerdekaan datang pada bulan ramadhan. Seperti saat ini, acara perayaan tak begitu semarak dan tak segemerlap dua tahun lalu, saat 17 Agustus tiba di hari biasa. Tak akan kau temukan acara open house atau makan-makan. Namun intinya, kemerdekaan hanyalah sebuah perayaan. Jangan pernah mengharapkan bulu merinding mendengar seorang pemuda dengan bangga datang ke istana negara, mendeklarasikan cintanya pada Indonesia, jangan pernah bermimpi Soekarno berorasi di tengah massa, jangan mengkhayal Amerika angkat topi hormat untuk kita, juga jangan berhalusinasi kalau Malaysia akan minta maaf bahwa mereka pernah silap.
Simpan semua keinginan itu. Simpan rapat-rapat. Jangan sampai di dengar bangsa lain, kalau kita, bangsa Indonesia, mencetak prestasi korupsi. Jangan! Jangan sampai mereka tahu, kalau kita menabung skandal demi skandal kebusukan negara sendiri. Cukup kita telan bulat-bulat borok ini. Ibarat kanker stadium tiga, inilah Indonesia. Di luar megah, di dalam begah!
Di hari ulang tahun Indonesia yang ke 66 ini, pekikkan saja ‘Merdeka’ sebisamu. Cukuplah agaknya mengobati hati yang sedang rindu dengan keadilan. Teriakkan saja ‘Merdeka’ semampumu. Cukuplah agaknya menyembuhkan batin yang luka karena tergores pengkhianatan pemerentahan. Hayati saja peranmu sebagai bangsa. Jangan berlebihan. Tak baik!
Karena ini Indonesia. Indonesia yang merdeka secara de facto dan de jure, namun terjajah secara mental dan pemikiran.
M E R D E K A…!!!
0 komentar:
Post a Comment