c'mon comrade

Friday, January 6, 2012

menangkap hikmah

Katanya, mata ‘belo’ itu membuat wajah lebih cantik. Katanya, punya hidung mancung itu kelihatan lebih elegant. Katanya, bulu mata lentik itu membuat lebih ayu dan gemulai. Katanya, gigi rapi itu dapat menumbuhkan kepercayaan diri. Katanya ber-leher jenjang itu seksi dan mengagumkan. Katanya lagi, gadis berkulit putih itu jauh lebih cantik daripada gadis berkulit hitam. Pertanyaannya,

“masa’ sih?” gaya nyengir dengan sebelah alis dinaikkan.

Sebelum saya berkata-kata panjang lebar, mari kita menyeruput secangkir kopi dalam-dalam. Bagi penikmat kopi tentu saja. Sebab bagi saya, kopi adalah ‘soulmate’ yang pas untuk bercerita dan pendengar cerita. Untuk kalangan penikmat sekwilda (sekitar wilayah dada), diharap mengambil posisi di pojok kanan paling belakang sambil nge-tweet di zona dewasa.

Baik, saya lanjutkan dengan menyeberang sedikit ke wilayah Inggris bagian Angola. Apakah para kamerad-kamerad saya ini masih ingat tentang Laila Lopez, seorang kontestan Miss Universe dan juga pemenang dari ajang ratu sejagat yang digawei sama Donald Trumph? Beliau adalah cewe’ kulit hitam pertama dari Angola yang meraih gelar Miss Universe dan juara ke-60. Lopes menerima gelar dari mantan juara Miss Universe Ximena Navarrete dari Meksiko. Lopes adalah wanita keempat Afrika yang memenangkan gelar sejak awal kontes seluruh dunia diselenggarakan (Afrika Selatan, 1978; Namibia, 1992; Botswana, 1999; dan Angola, 2011) dan keturunan Afrika kedua yang memenangkan gelar setelah [[Mpule Kwelagobe] ], Miss Universe 1999 dari Botswana. Lopes juga menjadi wanita pertama dari Angola yang memenangkan sebuah "Empat Besar" kontes kecantikan, dan wanita Afrika kulit hitam pertama yang memenangkan Miss Universe di milenium baru.

“Black is beautiful”, begitu katanya sejak Leila Lopez, si cewe’ kulit hitam mengenakan mahkota Miss Universe di kepalanya. Bak euphoria, hampir setengah penghuni bumi yang tadinya putih membunglon diri dengan tanning berjamaah, agar memperoleh kulit kecoklatan meski sebenarnya (saya yakin banget) mereka ‘ngerih’ jika disulap sehitam Lopez. Begitulah, mayoritas ‘kita’ ini suka latah terhadap sesuatu *tanpaalhamdulillahsebabbukansyahrini*.

Back to top, dan disambung dengan –katanya- itu tadi. Katanya, hitam itu cantik, apalagi setelah tragedi Lopez. Namun, di setiap pariwara yang berseliweran di media, tak pernah rasanya saya melihat iklan perusahaan kecantikan mengeluarkan produk kosmetik untuk menghitamkan kulit. Apapun itu, pastilah iklan kosmetik tersebut beramai-ramai menyerukan (baca: memaksa) agar konsumennya berkulit putih. “Sebab putih itu cantik”, begitu bahasa salah satu produk kecantikan yang saya dengar di TV. Agar terlihat eye catching, mereka tawarkan berbagai jenis produk yang terkadang khasiatnya tidak masuk akal. Seperti putih berseri, putih dan halus selembut sutera, putih mutiara, dan entah apalagi saking banyaknya. Untung saja tak ada yang membahasakan ‘seputih’ kemeja Bill Clinton saat ‘berkencan’ dengan Monica Lewinsky.

Kemarin saya sakit gigi. Namanya sakit gigi, otomatis ada perubahan pada bentuk pipi, yang mana biasanya tirus, bermetamorfosis menjadi chubby. Katanya, pipi chubby itu cantik dan menggemaskan. Iya. Begitu katanya.

Sempat (agak lama) saya pernah berniat ingin mendapati pipi chubby, agar terlihat gemesin kaya’ baby. Mungkin kalau dengan jalan operasi belum kepikiran kali ya. Cara ter-simple dan paling norak adalah saya coba mengunyah dua permen karet dan menempatkannya di kedua belah pipi tirus saya. Saya mematut-matut diri di depan cermin. Hasilnya, tak terjadi apa-apa. Wajah saya tetap begitu, tirus dari penciptanya.

Thus, sakit gigi tadi pun menyebabkan pipi saya menggendut sebelah (kiri atas) saja. “alhamdulillah, pipi saya chubby meski bukan bawaan” begitu pikir saya saat itu. Lalu, saya mengunyah permen pada gigi sebelah kanan. Sama seperti dulu, saya kembali berkaca. Ternyata, setelah saya mendapatkan chubby (dari efek sakit gigi) yang tak diinginkan tersebut, ‘kok jadi aneh ya’, saya membatin. Asli, tak cantik dan menggemaskan. Malah kelihatan tidak biasa. Padahal ke-chubby-an itu sudah betul-betul saya bentuk, sama kiri-kanan.

Belajar dari pengalaman sakit gigi (meski sakit yang teramat sangat), saya tak pernah lagi menginginkan dan terniat ingin chubby apalagi men-chubbykan pipi. Saya menyayangi diri saya yang begini, dimana saya sadar bahwa Tuhan telah mengaturnya sempurna. Saya cantik dengan wajah tirus, cantik dengan saya yang apa adanya, tanpa terobsesi ‘mazhab katanya’, yang tak pernah berdasar entah oleh ‘kata siapa’ dan darimana sumbernya.

Meski demikian, saya masih menyukai orang-orang berbulu mata lentik, berhidung mancung, berpipi chubby, bermata belo, berleher jenjang, juga menyetujui pengakuan pemuja kecantikan bahwa putih itu menarik. Disamping itu juga saya tak berpaling pada orang-orang yang dianugerahiNya kulit hitam, berhidung pesek, mata sipit, dan lain sebagainya. Sebab itu pemberian Tuhan, Ia yang lebih tahu apa yang terbaik untuk hambaNya.

Thankyou God, telah mengijinkan saya menikmati sakit gigi dan ke-chubby-an empat hari. Semakin saya sadar bahwa lukisanMu jauh lebih indah, Maha Sempurna tanpa cela!

'Semoga Allah menjaga mata dan hati ini, agar selalu bisa menangkap hikmah betapapun kesedihan membenamkan'

0 komentar:

Post a Comment

 
Free Host | lasik eye surgery | accountant website design